Tulisan Utama Di WWW.KATAKAMI.COM
Jakarta 23/5/2009 (KATAKAMI) Pertarungan di panggung PILPRES tampaknya mulai menghangat. Yang mencuri perhatian dan mampu membuat setiap orang terperangah kagum adalah penampilan CAPRES dari Partai Golkar Muhammad Jusuf Kalla yang berpasangan dengan Mantan Menhankam / Panglima ABRI Jenderal TNI Purnawirawan Wiranto.
JK yang selama ini lebih banyak “dibelakang layar” dan memang tak suka banyak “ngember” untuk pamer diri, kini menjadi figur kandidat presiden yang menguasai panggung.
Salah satu yang sangat jelas terlihat dan terdengar adalah saat JK tampil sebagai pembicara di sebuah acara yang ditayangkan televisi swasta nasional beberapa hari lalu. JK tak berdiri kaku di belakang podium atau mimbar. Luar biasa, JK berdiri didepan (tanpa podium dan panggung) tetapi memang sentral perhatian adalah JK.
Ia berjalan perlahan, menatap secara fokus kepada penonton yang hadir di studio dan secara taktis menjabarkan visi misinya sebagai seorang kandidat presiden. Cara ia bertutur kata juga terlihat sudah “dikemas” baik, tanpa harus meninggalkan sisi kepribadiannya yang mendasar yaitu sosok yang hangat, penuh canda, ceplas ceplos dan cerdas.
Sehingga yang bisa dikatakan disini adalah JK punya tim sukses yang tahu betul bagaimana mengemas seorang Jusuf Kalla untuk bisa menjadi seperti “produk dagangan” yang laris manis di pasaran.
Salah seorang penonton yang hadir menanyakan secara blak-blakan apakah JK tidak berbasa basi ketika menghimbau kepada rakyat Indonesia untuk memakai produk dalam negeri, terutama sepatu yang digunakan JK … benarkah itu buatan Cibaduyut ?
Penonton yang berjenis kelamin perempuan ini barangkali menduga bahwa JK cuma “omdo” saja saat menyerukan kepada masyarakat di negeri ini untuk berpola hidup sederhana dan mencintai produk dalam negeri.
Saat JK menjawab, keluarlah bagaimana sifat asli dari putera Bugis ini !
JK bertanya dulu kepada penonton perempuan itu, apakah si penanya ini juga menggunakan produk dalam negeri ? Sepatu, tas, dompet, dan produk lainnya lebih banyak buatan dalam negeri atau luar negeri. Ternyata yang bertanya, hanya menggunakan sebagian kecil saja buatan Indonesia dan sisanya adalah buatan luar negeri.
Kepintaran JK menguasai panggung sangat kental terasa di bagian tersebut. Tentu dapat ditebak bahwa sebenarnya, penanya itu mau “ngetes” doang apakah si calon pemimpin yang satu ini bisa dipercaya atau tidak ?
Ternyata jawaban, BISA !
JK membuka salah satu sepatu yang terpasang di kakinya, lalu mengatakan, “Ini sepatu saya, memang benar-benar … JK Collection (produk dalam negeri, alias buatan Cibaduyut).
Semua penonton bersorak-sorak dan tepuk tangan bergemuruh memberikan aplaus untuk JK.
JK, pemimpin yang banyak bersabar selama hampir 5 tahun mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Ia tak pernah mengeluh jika diperlakukan tidak baik, tidak adil dan tidak pantas oleh sejumlah pihak. Termasuk oleh SBY, yang sering posisi WAPRES justru sebagai pesaing dan membuat situasi di kabinet menjadi tak nyaman.
Jangan heran jika sejumlah menteri dan petinggi jadi ikut-ikutan “mengabaikan” JK.
JK, pemimpin yang bisa mendengar semua jenis masukan.
Termasuk kritikan yang paling pedas sekalipun. Dan jika dikritik media massa, ia tak lantas mengamuk dan memerintahkan orang-orang terdekatnya menteror, mengintimidasi, menekan dan melakukan seribu satu macam serangan sebagai gempuran agar si jurnalis atau media massa itu bungkam, mati suri, terpojok dan mati kelaparan !
Sangat berbeda jauh dengan pihak tertentu yang patut dapat diduga ibarat “manis dimuka, pahit luar biasa dibelakang”.
Majunya JK sebagai capres dengan memilih figur Wiranto sebagai cawapres, adalah sebuah tawaran baru kepada rakyat Indonesia. Jika memang rakyat jenuh dengan semua situasi dan kondisi yang sangat melelahkan hati, pikiran, jiwa dan raga.
JK, adalah tawaran baru sebagai calon presiden untuk masa 5 tahun ke depan.
Jangan pernah ada pihak manapun yang berlaku seperti tukang jualan obat yang produk dagangannya adalah barang-barang liar di “black market” alias pasar gelap yaitu mendeskreditkan figur Wiranto atau Prabowo Subianto sebagai Jenderal bermasalah di masa lalu.
Jualan kecap tentang fitnah seputar HAM, sudah tak laku di era kekinian.
Bagaimana dengan fakta-fakta bahwa patut dapat diduga ada 20 juta orang rakyat Indonesia yang sepertinya sengaja dibuat tidak bisa memilih agar dapat menggembosi kantong suara PDI Perjuangan dan Partai Golkar ?
Bagaimana dengan informasi-informasi yang menyebutkan bahwa patut dapat diduga sejumlah peledakan bom di negara ini ada yang merupakan rekayasa, terutama yang terjadi di era tahun 2004 (9 September 2004) karena disebut peledakan itu untuk menaikkan citra salah seorang kandidat presiden agar lebih naik daun ?
Sudahlah, ada banyak sekali peristiwa-peristiwa yang patut dapat diduga justru jauh lebih buruk dari apa yang pernah terjadi di era pemerintahan Presiden Soeharto.
Lihatlah bagaimana buruknya keselamatan, kebebasan dan kemerdekaan PERS sepanjang pemerintahan SBY ?
Inilah era paling buruk dalam sejarah Indonesia yang sangat merugikan, membahayakan keselamatan jiwa raga dan sangat merugikan kalangan PERS NASIONAL.
Tak usah ada kepura-puraan.
Tak usah ada kebengisan dan kekejaman yang seolah-olah dibungkus dengan seulas senyuman yang manis semanis madu.
Mari, semua rakyat mencermati dan memilih dengan menggunakan hati nurani. Pikirkan kembali, apa yang sudah terjadi dan dialami selama kurun waktu 5 tahun ini.
Mari, semua rakyat memberikan suaranya dan kritis menuntut diberikannya kepastian kartu suara pada saat Pilpres bulan Juli nanti.
Tak usahlah juga, ada yang memamerkan foto diri dengan pemimpin bangsa yang lain. Seolah-olah mau pamer bahwa dirinya didukung sebuah bangsa yang besar dan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.
Busyet deh !
Padahal dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, ada seorang pemimpin yang diruang kerjanya cuma dipasang sebuah pigura foto di belakang meja kerjanya yaitu foto diri si pemimpin itu dengan seorang pemimpin negara adidaya yang telah digantikan oleh seorang pemimpin muda berkharisma menjelang akhri tahun 2008 lalu.
Ibarat lelucon saja, selama 5 tahun mengagumi pemimpin lama yang dicap sebagai “penjahat perang” oleh dunia internasional karena sangat tak terkendali dalam menangani masalah terorisme alias perang melawan teror. Bayangkan saja, selama 5 tahun terpelongo mengagumi pemimpin bangsa lain yang menjadi sumber bencana kemanusiaan di sejumlah negara. Tetapi karena sudah kalah dan lengser keprabon, sekarang banting setir mau merebut hati sang pemimpin baru yang berkharisma tadi.
Semoga saja si pemimpin muda yang berkharisma dan sungguh sangat mengagumkan itu tidak terkecoh. Apalagi saat ini, di negaranya sana si pemimpin muda tadi sedang dipusingkan oleh permasalahan pelik seputar penutupan sebuah kamp tahanan diciptakan pemimpin lama yang arogan dan sangat paranoid menangani masalah terorisme.
Dan sebelum tulisan ini diakhiri, rasanya semua pihak menunggu tampilnya Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Keluarlah, tampillah dan berbicaralah kepada rakyat dengan kemasan penampilan yang sama baik dengan JK, atau bahkan dibuat serta dikemas menjadi jauh lebih baik.
Pertarungan PILPRES memang harus dibuat sangat seru dan menegangkan.
Tetapi tetap mengacu pada sportivitas dan adu cerdas. Jangan adu kekuatan dan kekuasaan yang kebablasan. Mau pamer tim sukses yang isinya bintang bintang kejora yang pernah berkuasa di berbagai pucuk pimpinan … akan sangat percuma kalau gaya arogansi tetap sangat melekat dan main gempur sana sini kepada media massa yang dianggap tak berpihak.
Panik sih panik, Boss. Tapi sadar diri dong. Kalau memang media massa itu bukan dibiayai dan tidak pernah sekalipun mengemis uang haram dari penguasa-penguasa bermasalah, jangan main bungkam dan berlaku bak orang kesurupan agar tak merusak “popularitas”. Kecian deh lo, sama wartawan kok buas.
Kalau misalnya ada yang ingin populer tetapi media massa banyak yang sudah kehilangan selera dan tak bernafsu untuk menjadi media binaan. Lho, kok maksa ! Silahkan bikin media sendiri. Keluarkan biaya sendiri. Jangan mau menguasai dan menjajah media massa milik orang lain dengan cara-cara yang muaranya mencari keuntungan diri dan kelompoknya sendiri.
Kalau memang rakyat tak menyukai dan media massa merasa perlu mengkritik sesuatu, jangan sewot dan main hajar seenaknya.
Selamat bertanding untuk para kandidat capres dan cawapres.
(MS)